Punya lidah cadel memang sebuah kelemahan. Apalagi sebagai penduduk
Indonesia yang mesti jelas pengucapan alfabet itu. Sungguh tak bisa
dibayangkan, bakal ada pem-
bully-an, hinaan, caci maki untuk si pengidap
cadel.
Mungkin ini kiamat bagi kita.
Tapi
tentunya tidak demikian. Menjadi cadel ada manfaatnya. Contohnya saja,
biasanya banyak yang anggap kita jago English. Padahal mah, masih
belepotan. Tapi itu bisa menjadi hal yang positif. Siapa tahu saja, anggapan itu
akan memacu kita supaya bisa jago English.
Saya saja jika
ditanya begitu, dengan pede-nya menjawab, "Maklum saja, saya masih ada
klan Belanda-nya. Makanya muka agak bule. Hahaha!!!"
Siapapun
pasti akan tidak melanjutkan pem-
bully-annya. Jadi, jika di-
bully, kita
mesti melawan dengan otak, bukan dengan otot. Dijamin ampuh dah,
asalkan mental kuat.
Selain itu, nggak selamanya cadel itu
memalukan. Banyak kok cadel-cadel yang sukses. Contohnya ulama A.A.
Gym, lalu si komedian itu. Ah, saya susah nyebut namanya. Soalnya dia
ada dua alfabet cadel. Ngomongnya juga agak belepotan. Yang pasti dia
suka futsal dan bola. Yah, sobat pasti tahu siapa dia tanpa saya sebutin
namanya. Mending ganti saja namanya supaya mudah diucapkan. Hahaha!!!!
And finally, semoga saya juga bisa mengikuti jejak cadel-cadel itu yang memiliki kualitas bagus. Aaamiiin.
Mungkin
tulisan ini agak gaje, aneh, dan nggak ada alfabet cadel itu. Tapi, saya hanya ingin celoteh saja dan
menyampaikan unek-unek. Pesan saya, jadikan kelemahan itu kelebihan,
bukan jadi beban. Sebab, hal itu tak bisa dimiliki oleh siapapun.
Bagi yang senasib sama saya, kita mesti tosss!!!