Sang Admin
Jumat, 03 Juni 2016
Tulisan ini adalah salah satu kesukaan saya dan masuk dalam kumpulan naskah yang hendak dibukukan. Namun sayangnya, di-php oleh pihak publishing. Idenya saya dapat ketika melihat cuplikan sebuah film. Namun ini sangat beda yang ada di film itu. Saya ingin menunjukkan bahwa hal yang tak masuk akal bisa masuk akal.
Semoga sobat menikmatinya, dan jangan lupa tinggalkan komen pedasnya.
==========
Malam
semakin pekat di langit sana. Angel tampak asyik dengan laptop kesayangannya.
Dia belum mengantuk sama sekali, padahal kini sudah pukul sebelas malam.
Suasana tempat tinggal milik tantenya pun sudah sepi. Apalagi bangunan itu dikelilingi sawah. Jika malam tiba pasti sudah sunyi senyap.
Sudah
menjadi kebiasaannya, jika belum mengantuk dia selalu membuka akun Facebook
miliknya melalui laptop. Gadis dengan kulit putih itu sangat kecanduan dengan
Facebook dan media sosial lainnya. Jika sudah asyik di depan laptop dan membuka
Facebook, dia bisa lupa waktu. Bahkan, kekasih Angel dibuat keki oleh
kelakuannya. Ketika sedang kencan, Angel selalu asyik membuka Facebook melalui
ponselnya. Sang kekasih yang ada di depan mata pun diabaikan, meskipun Angel
sempat menyahuti ucapan sang kekasih.
Demam
Facebook yang melanda Angel dimulai ketika dia aktif menjadi admin di salah
satu fanspage kepenulisan. Dia sibuk membalas satu-satu tiap pesan yang
masuk. Dia juga selalu mengajak chat dengan anggota-anggota fanspage
yang dikelolanya. Alhasil, dia memiliki lebih banyak teman di Facebook
ketimbang di dunia nyata.
“Ada
98 akun yang online. Banyak juga,” gumam mahasiswi fakultas ekonomi itu.
Senyumnya mengembang.
Dia
mulai membalas satu-satu chat yang masuk yang jumlahnya mencapai 50 chat.
Meskipun begitu, dia sama sekali tidak dibuat pusing akan hal itu. Sebaliknya,
dia malah santai membalas chat-chat itu.
Isi
chat-nya pun macam-macam. Ada yang menanyakan keadaannya, pengumuman event
kepenulisan, maupun hanya kenalan biasa saja.
“Hai,
Angel. Masih melek, nih?” tulis salah satu akun
dengan nama Muhammad Ali itu memulai chat.
Angel
sempat membaca sekilas chat itu, namun dia tidak langsung membalasnya.
Dia membalas dahulu chat-chat yang masuk sebelumnya. ”Iya, nih.
Belum ngantuk,” tulis Angel ketika sudah saatnya dia membalas chat
Ali. Tak lupa dia menambahkan emoticon smile.
“Saatnya
bunuh Sang Admin,” tulis akun itu kembali
dengan cepat.
Awalnya
Angel belum mengetahui kalau akun Muhammad Ali sudah membalas lagi dengan
cepat. Gadis itu kembali sibuk membalas chat-chat lain yang
masuk. Kemudian, dia mulai hendak membalas chat Ali.
Dia
begitu kaget membaca balasan Ali. Keningnya dilipat. Angel mengucek matanya
sejenak jika dia salah membaca. Namun, tampaknya dia memang tidak salah. Si Ali
memang menulis 'bunuh' di kotak chat.
“Apa
maksudnya sih?” tulis Angel.
Setelah
membalas chat Ali, dia melanjutkan membalas chat-chat
lain. Kendati demikian, dia sangat menanti balasan Ali. Entah mengapa dia
memiliki tebakan tidak enak. Padahal sebelumnya baik-baik saja.
“Aku
ingin membunuhmu, Angel Edelweish,”
balas Ali.
Begitu
tahu Ali langsung membalas, Angel cepat-cepat membuka kotak chat-nya.
Dia mengabaikan dahulu chat-chat yang lain.
Ketika
membaca balasan chat milik Ali, dia kembali dibuat kaget. Entah kenapa
dia sangat ketakutan dengan tulisan yang ada di kotak chat itu. Detak
jantungnya mulai cepat.
“Maksudmu
apaan, sih? Jangan main-main, Li,” balas Angel.
Angel
mencoba positive thinking. Siapa tahu saja Ali memang sedang iseng dan
mencoba menggodanya. Lagipula, selama ini di Facebook, dia mengenal Ali sebagai
pemuda yang jahil dan suka menggodanya. Tiap Angel meng-update status,
pasti akan ditanggapi oleh Ali. Bahkan biasanya tanggapan dia tidak sesuai
dengan isi statusnya.
Kali
ini Angel tetap membuka kotak chat milik Ali. Chat-chat
yang lain dia abaikan dulu.
“Aku
gak main-main, Angel. Aku sangat gatal ingin membunuhmu,”
balas Ali.
Begitu
chat Ali masuk, cepat-cepat Angel membalasnya. “Udah deh, Li. Jangan
main-main. Gak lucu!”
Angel
memang mesti positive thinking. Ali tampaknya tidak sungguh-sungguh
melakukan hal yang menakutkan itu. Lagipula Angel sama sekali tidak mengenal
Ali di dunia nyata. Dia hanya teman di dunia maya, tidak lebih.
“Mau
lucu atau gak lucu, aku akan tetap membunuhmu,”
balas Ali.
“Up
to you, deh! Aku jadi malas sama kamu!”
balas Angel. Dia sudah tidak tahan lagi dengan candaan Ali yang tidak lucu itu.
Dia pun ingin end chat dengan Ali dan melanjutkan membalas chat-chat
lain.
“Hahaha!
Jangan galak gitu, ah. Kasihan si Yandi,”
balas Ali cepat.
Mata
Angel melotot melihat nama yang ditulis oleh Ali. Sejuta tanya mulai
menghinggapi. Kenapa Ali bisa tahu tentang Yandi? Namun, dia mesti tetap
tenang. Jangan mudah kena jebakan. Mungkin saja Ali asal sebut nama. Dia
mencoba tetap positive thinking.
“Yandi
siapa?” tanya Angel. Niatnya untuk end chat
pun dibatalkan.
“Jangan
sok polos, Angel. Yandi itu selingkuhanmu di dunia maya. Tepatnya di Path dan
Skype,” balas Ali.
Deg!
Jantung Angel bagai mau copot ketika membaca balasan Ali. Lagi-lagi dia dibuat
kaget oleh teman chat-nya itu.
Sejuta
tanya kembali menghinggapi gadis itu. Kenapa Ali bisa tahu tentang Yandi?
Apakah akun miliknya sudah dibajak oleh Ali? Apakah Ali mengutak-atik akun
Path, Skype, bahkan Facebook miliknya ini? Angel tak tahu pasti kenapa Ali bisa
mengetahuinya.
Yang
membuatnya cemas adalah, bagaimana jika Mike, kekasihnya tahu tentang hal ini?
Bagaimana jika Ali mengatakan tentang selingkuhannya itu kepada Mike? Angel
tahu pasti jika Mike mengenal Ali di dunia maya. Sebab, lewat Mike-lah Angel
bisa mengenal Ali dan kemudian menjadi teman di Facebook. Semua itu sangat
mencemaskannya.
“Kenapa
tidak dibalas?” tulis Ali lagi, “takut, ya?”
Angel
tak tahu mesti membalas apa. Otaknya mulai dipaksa untuk menemukan pemecahan
masalah ini.
Tiba-tiba,
dia menemukan ide. Diambilnya ponselnya yang diletakkan di atas meja di
dekatnya. Dia menekan tombol-tombol angka, lalu menempelkan benda itu ke
telinganya.
“Halo,
Yandi. Maaf ganggu kamu malam-malam. Apakah akun sosial media kamu ada yang
membajaknya? Hmmm ... apa? Gak ada? Coba cek saja siapa tahu ada yang mencoba
mengacak-acak akunmu,” ucap Angel cepat dengan napas yang mulai tak menentu.
“Sedang
menelepon Yandi, kan? Kok gak pakai kata-kata yang manis, sih? Kayak mau
ditangkap polisi saja,” tulis Ali di kotak chat.
Angel
yang sedang menelepon Yandi itu menjadi diam. Dia tak mampu melanjutkan
kata-katanya, seolah ada batu yang menyumpal mulutnya. Pandangan matanya pun
tak lepas ke laptop miliknya.
Dia
mematikan sambungan telepon tiba-tiba tanpa meminta izin dahulu kepada Yandi.
Tangannya mulai mengetik di atas papan ketik.
“Kamu
siapa, sih? Kok bisa tahu kalau aku menelepon Yandi?”
tulis Angel. Sejenak
dia mencoba menenangkan kepalanya yang kalang kabut. Entah mengapa dia
mengalami kejadian aneh begini. Dia ingin semoga ini hanya mimpi.
Matanya
membulat ketika melihat tulisan chat miliknya. Dia langsung menepuk
dahinya. “Aduh, bego bego! Kenapa aku nulis begitu, ya?! Itu malah bikin aku
semakin ketahuan selingkuh!” sesalnya.
“Hahaha!
Jadi kamu memang selingkuh dengan Yandi. Mau diapakan si Mike, Angel?”
balas Ali.
Balasan
Ali itu bagaikan menyesakkan dada Angel. Dia menyesal sudah melakukan kesalahan
fatal, keceplosan di saat yang tidak tepat. Dia juga masih tetap tidak paham,
kenapa Ali bisa mengetahui tentang selingkuhannya. Dan yang membuatnya pusing
tujuh keliling, kenapa Ali bisa tahu kalau Angel sedang menelepon Yandi?
Padahal dia sedang tidak melakukan video call.
“Ketahuilah,
Angel. Mike sangat mencintaimu. Dia nyata untukmu. Kenapa kamu malah
menyia-nyiakan waktumu hanya untuk lelaki yang belum jelas wujud dan
asal-usulnya? Bahkan kamu tak tahu apa yang sedang dilakukan Yandi saat ini.
Bisa saja dia sedang memadu kasih dengan wanita lain,”
tulis Ali.
Emosi
Angel memuncak. Dia tidak suka di-judge demikian. Tangannya mengetik
cepat di atas papan ketik untuk membalas chat Ali. Dia sudah tak peduli
lagi dengan chat-chat yang lain. Padahal sejak tadi laptopnya
selalu muncul bunyi beep akibat ada chat-chat lain yang
masuk.
“Kamu
tahu apa tentang kehidupanku? Ini masalahku dan jalan hidupku! Kamu jangan
sok-sok menghakimi kehidupanku! Jalani dulu saja hidupmu yang masih belum jelas
itu!” balas Angel sebal.
Detak
jantung Angel semakin kencang, ditambah peluh dingin yang membasahi wajahnya.
Dia kini sudah tak peduli lagi selingkuhannya akan ketahuan atau tidak. Asalkan
Ali tidak mengatakannya kepada Mike, maka itu masih dikatakan aman. Lagipula,
Mike tidak mungkin memakan bulat-bulat ucapan Ali yang ada di dunia maya.
“Hahaha!
Aku tahu kehidupanmu, Angel. Kamu anak tunggal yang kuliah di Bandung fakultas
ekonomi. Tasikmalaya adalah kota asalmu. Di Bandung kamu menumpang tinggal di
kediaman tantemu, yang notabene adalah pengusaha sawah. Usiamu 23 tahun. Kamu
menyukai dunia tulis-menulis sejak awal kuliah dan menjadi salah satu admin di
fanspage Facebook yakni Dunia Tulis. Kamu belum menghasilkan satupun buku
novel, yang ada hanya buku-buku antologi indie. Itu pun hanya dua buku. Hal itu
disebabkan oleh kesibukanmu dengan tugas sebagai admin, dan tugasmu sebagai
selingkuhan Yandi. Tugasmu sebagai kekasih Mike? Mungkin hanya kamuflase saja.
Padahal kamu sudah menjalin hubungan dengan Mike selama 3 tahun. Entah jika
dengan Yandi,” balas Ali panjang. “Apakah aku
salah?” imbuhnya.
Angel dibuat mati kutu oleh chat Ali yang panjang itu. Untuk sejenak napasnya sangat sesak, sulit untuk diembuskan. Bahkan tiap-tiap sendi tulangnya bagai membatu, kaku. Peluh dingin tak henti-hentinya membasahi wajah dan tubuhnya. Padahal suasana malam itu cukup dingin. Dia tak ubahnya bagaikan napi yang sedang menanti vonis ketuk palu hakim.
Angel dibuat mati kutu oleh chat Ali yang panjang itu. Untuk sejenak napasnya sangat sesak, sulit untuk diembuskan. Bahkan tiap-tiap sendi tulangnya bagai membatu, kaku. Peluh dingin tak henti-hentinya membasahi wajah dan tubuhnya. Padahal suasana malam itu cukup dingin. Dia tak ubahnya bagaikan napi yang sedang menanti vonis ketuk palu hakim.
Suasana
tempat tinggal milik tantenya yang dia tumpangi selama kuliah mulai tidak nyaman.
Apalagi dia tahu jika tantenya dan suaminya itu sedang tidak ada di situ.
Keduanya sedang di Sukabumi sebab adiknya suami tantenya itu meninggal. Jadi
dia diminta untuk menjaga tempat kediaman tantenya itu. Jelas hal itu sangat
menakutkan baginya.
Mata
lentik Angel memandang ke sekeliling. Dia mencium gelagat yang tidak baik. Dia
seolah sedang diawasi. Apalagi bangunan yang dikelilingi oleh sawah ini bisa
disusupi siapa saja dengan mudah. Maklum, suami tantenya ini pemilik sawah yang
lumayan luas.
“Sebetulnya
kamu siapa, sih? Kenapa kamu bisa mengetahui semua tentang aku?” ketik
Angel untuk membalas. Kepalanya pusing jika menemukan jawabannya.
“Siapa
aku itu tidak penting. Yang penting kini adalah, aku mesti membunuhmu,”
balas Ali.
Deg!
Detak jantung Angel semakin cepat. Dia mulai ketakutan dengan kata-kata yang
ditulis oleh Ali itu, dan juga kembali mengingat niatan Ali di awal chat
tadi. Kini dia tidak takut lagi jika ketahuan selingkuh oleh Mike. Yang
ditakutinya kini adalah takut dibunuh. Meskipun begitu, dia mesti tetap tenang.
Jangan sampai dia dijadikan bulan-bulanan Ali melalui dunia maya.
“Membunuhku?
Memangnya kamu bisa? Tempat tinggalmu saja di Kalimantan sana tepatnya di
Pontianak, sedangkan aku di Jawa. Kita dipisahkan oleh lautan. Jadi, mana
mungkin kamu bisa membunuhku,” balas Angel.
Dia mulai sedikit lega dengan menulis itu. Lagipula suatu hal mustahil jika Ali
bisa membunuhnya.
“Kamu
yakin kalau aku gak bisa membunuhmu?”
balas Ali cepat.
Angel
melihat kalau itu semacam tantangan. Namun, bisa apa dunia maya mengancam dunia
nyata? Memang sih ada kasus-kasus penipuan di dunia maya yang menyebabkan
kemalangan di dunia nyata. Namun dalam masalah ini, Angel sangat yakin jika itu
hal yang mustahil.
“Yakin
banget, dong! Meskipun posisimu kini sedang ada di pulau Jawa, atau mungkin
tepatnya di Bandung, kamu tak akan tahu tempatku. Dan juga mana mungkin Mike
mengatakan kepadamu di mana alamatku. Pasti dia akan mengatakannya dulu
kepadaku,” balas Angel dengan penuh semangat. Kali
ini dia yakin akan menang, meskipun ini bukan sebuah kompetisi. Ketakutan yang
sempat melandanya kini hilang setelah membalas chat Ali. Senyumnya pun
mengembang.
“Hahaha! Meskipun kamu di Jawa sana, aku tetap bisa membunuhmu,” balas Ali cepat.
Angel kembali dibuat ketakutan dengan balasan Ali. Dia mulai menduga jika Ali menggunakan jasa
dukun untuk menyantetnya. Lagipula, bagaimana bisa Ali yang jauh di Kalimantan
sana bisa membunuhnya? Lain halnya jika menggunakan santet bantuan dukun.
Meskipun begitu, Angel tetap optimis jika Ali tidak akan menyantetnya.
Lagipula, di zaman yang sudah canggih begini, dukun sudah menjadi takhayul.
Ketika hendak menulis balasan Ali, tampaknya Ali mulai membalas lagi. “Apa
kamu suka kejutan, Angel?” balas Ali.
“Maksudmu?” ketik Angel.
“Pasang
telinga baik-baik. Awas kaca pecah.”
Deg!
Detak jantung Angel kembali cepat. Lagi dan lagi dia dibuat kaget oleh chat
Ali.
Tuk
tuk tuk ... Claaang!
Angel
melonjak kaget kala ada bunyi jendela depan diketuk-ketuk lalu dipecahkan.
Jantungnya bagaikan mau copot. Dengan cepat dia langsung mendekati jendela yang
dimaksud, tak lupa laptopnya dibawa. Tiba di tempat khusus tamu, dia menyibak
kain penutup jendela. Laptopnya disimpan di atas meja.
“Awww!”
pekik Angel kesakitan.
Telapak
kakinya menginjak pecahan kaca dan melukainya. Dia tak tahu kalau pecahan
kacanya ada di dalam saking kaget dan panik. Kaca jendela itu kini meninggalkan
lubang pecahan yang cukup menganga.
“Siapa
yang mecahin kaca jendelaku?!” pekik Angel lagi ketika menatap jendelanya yang
pecah.
Mengetahui
tak ada sahutan, Angel membuka pintu supaya bisa menemukan si pemecah jendela.
matanya awas menatap sekeliling, ke jalan depan yang sepi, halaman depan, dan
sawah milik suami tantenya.
Sayangnya,
Angel tidak menemukan apa-apa di situ selain angin malam yang dingin membelai
kulitnya yang halus. Jalanan pun sepi. Kemudian dia masuk kembali dan menutup
pintu. Dia
langsung mendekati laptopnya. Di situ sudah ada balasan. Dia kini duduk di sofa
tamu.
“Bagaimana
kejutannya? Aku bisa melihat wajahmu yang ketakutan,”
tulis Ali dengan ditambahkan emoticon devil sebanyak tiga buah.
“Tolong
hentikan semua ini, Li. Jangan canda melulu, ah. Gak lucu,”
balas Angel ketakutan.
“Siapa
juga yang canda. Aku hanya ingin membunuhmu,” sahut Ali di kotak chat.
“Apa
salahku sama kamu sehingga kamu mau membunuhku?”
tanya Angel. Kini dia sudah lemas. Dia tak tahu lagi mesti bagaimana menghadapi
masalah ini. Otaknya sudah kelelahan akibat dipaksa menemukan jawaban yang tak
bisa dipahami. Apalagi dia sedang diancam akan dibunuh.
Angel
menatap jendela yang pecah sesaat. Di benaknya melintas tentang siapa pelaku
yang memecahkan kaca jendelanya. Timing-nya sangat pas ketika Ali
menulis chat kaca pecah. Mustahil jika Ali yang melakukan hal itu. Lain
halnya jika ada yang membantunya.
Dia
semakin ketakutan. Meskipun ada yang membantunya, kenapa Ali bisa tahu tempat
tinggalnya?
“Salahmu?
Banyak sekali, Angel,” balas Ali.
“Ali,
tolong hentikan semua ini. Gak lucu. Kalau aku memang punya banyak salah sama
kamu, aku minta maaf,” tulis Angel.
“Tidak
semudah itu. Kamu mesti mati. Kamu siap untuk kejutan selanjutnya, Angel?”
balas Ali.
Deg!
Detak jantung Angel semakin cepat, bagaikan bunyi gendang yang dipukul-pukul.
Kejutan apa lagi yang akan ditunjukkan oleh teman dunia mayanya itu?
“Awas
lampu mati,” tulis Ali lagi.
Pets!
Lampu
kediaman Angel tiba-tiba padam. Kegelapan menyambutnya. Hanya laptopnya
satu-satunya cahaya yang membantu penglihatannya. Dia pun menjadi panik dan
gelisah. Napasnya tak menentu.
Dia
langsung bangkit dan mendekati pintu. Gadis itu menekan-nekan tombol lampu di
samping pintu. Namun lampunya tak mau juga menyala.
Tok
tok tok!
Ketukan
di pintu mengagetkannya. Dengan langkah pelan dia menjauhi pintu. Pandangannya
tetap menatap gagang pintu dengan sangat ketakutan. Wajahnya basah kuyup akibat
peluh dingin.
Tok
tok tok ...! Clang!
Kaca
di samping pintu dipecahkan. Hal itu jelas mengagetkan Angel. Tiba-tiba, sebuah
tangan masuk ke dalam melalui lubang pecahan kaca itu, lalu membuka kunci
pintunya. Angel sama sekali tak bisa apa-apa akibat suasana yang gelap.
Pintu
pun dibuka dan sesosok manusia yang masuk ke dalam. Dia membawa sebuah
pentungan bisbol.
“AAAHHH!!!”
pekik Angel yang kaget dan ketakutan setengah mati.
BUAAAK!
Kepala
Angel dihantam oleh pentungan bisbol, meninggalkan luka di kepala yang fatal.
Gadis itu langsung limbung ke lantai, lalu diam. Nyawanya melayang sudah.
Tampaknya
si pemukul Angel belum puas sampai di situ. Dia memukul-mukul kembali kepala
gadis malang yang sudah menjadi mayat itu. Kepalanya mengalami luka di
mana-mana.
Setelah
puas, sosok itu menatap laptop milik Angel yang masih menyala. Dia mengambil
ponsel miliknya, lalu mengeklik tulisan logout di ponselnya. Kemudian,
dia menekan tombol-tombol angka dan mendekatkannya ke telinganya.
“Halo,
Ali? Ini aku Mike. Aku sudah mengeksekusinya malam ini. Mumpung tante dan
pamannya sedang tak ada di sini. Makasih ya atas peminjaman akun Facebook-mu.
Dengan begitu, aku bisa dapat cukup bukti bahwa Angel memang selingkuh dengan
lelaki lain di dunia maya. Sungguh sangat disesalkan. Sebetulnya sudah lama aku
muak dengan kelakuan aneh cewek ini dan tanganku gatal sekali ingin
menghabisinya. Dan dugaanku tidak salah, dia memang selingkuh dengan lelaki
lain di dunia maya. Jelas itu bikin aku sakit hati sekali. Lebih baik, kamu
ganti kata sandi Facebook-mu, Li. Facebook-mu kini sudah aku log out.
Takutnya aku membuka-buka lagi Facebook-mu. Dan hapus juga akun Angel di
Facebook-mu. Tenang saja, chat-mu dengan Angel akan kuhapus melalui
laptopnya ini demi menghilangkan jejak. Kujamin tak ada siapapun yang tahu
tentang hal ini selain kita. Mulai kini kita jangan saling sapa dan anggap saja
kita tidak saling kenal, demi keamanan. Sekali lagi makasih ya, Li. Maaf sudah
ganggu dan melibatkan kamu. Good luck.”
-tamat-